KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam
pertama di Jawa yang berdiri pada abad ke-16 berkat perjuangan dan usaha
Pangeran Jinbun atau Raden Patah ini pada awalnya adalah
sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan
Majapahit. Mundurnya Kerajaan Majapahit
memberikan kesempatan kepada para bupati yang berada di pesisir pantai utara
Jawa untuk melepaskan diri, khususnya Demak. Faktor lain yang mendorong
perkembangan Demak ialah letaknya yang strategis di jalur perdagangan Indonesia
bagian barat dengan Indonesia bagian timur.
A.
Kehidupan
Politik
Gambar 15. Peta kekuasaan Demak |
Dengan
bantuan daerah-daerah lain yang masuk Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik,
Raden Patah pada tahun 1475 berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang merupakan
kerajaan Islam pertama di Jawa. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah
putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri Campa. Raden Patah
semula diangkat menjadi bupati oleh Kerajaan Majapahit di Bintoro Demak dengan
gelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Setelah menjadi raja kerajaan Demak Raden
Fatah memindahkan semua alat upacara kerajaan dan pusaka-pusaka Majapahit ke
Demak sebagai lambang dari tetap berlangsungnya Kerajaan Kesatuan Majapahit,
tetapi dalam bentuk baru di Demak.
Gambar 16. Wali Songo |
Dalam
upaya mengembangkan kekuasaan dan menguasai perdagangan nasional dan internasional
maka pada tahun 1513, Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah pimpinan
Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor). Namun, serangan tersebut gagal. Di
lingkungan kerajaan, para wali berperan sebagai pendamping dan sekaligus
sebagai penasehat raja, khususnya Sunan Kalijaga. Ia banyak memberikan
saran-saran sehingga Demak berkembang menjadi mirip kerajaan teokrasi, yaitu
kerajaan atas dasar agama.
Adipati Unus
(1518-1521) menggantikan ayahnya (Raden Patah) untuk menjalankan roda pemerintahan. Adipati Unus meninggal
tanpa meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran
Sekar Seda Lepen. Akan tetapi, pangeran ini dibunuh oleh kemenakannya sehingga
yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adipati Unus yang lain, yakni
Pangeran Trenggono. Ia setelah naik takhta Demak bergelar Sultan Trenggono.
Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah
kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon),
Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Tindakan-tindakan penting yang pernah
dilakukan Sultan Trenggono adalah sebagai berikut:
a. Menegakkan agama Islam;
b. Membendung perluasan daerah yang dilakukan oleh Portugis;
c. Menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa Perluasan ke wilayah Jawa Barat ini dipimpin oleh Fatahilah (Sunan Gunung Jati) yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.
d. Berhasil menakhlukkan Mataram, Singasari, dan Blambangan.
Sultan Trenggono gugur (1546) ketika
berusaha menaklukkan Pasuruan. Wafatnya Sultan Trenggono memberi peluang kepada
keturunan Pangeran Sekar Seda Lepen yang merasa berhak atas takhta Kerajaan
Demak untuk merebut takhta. Tokoh ini ialah Aria Penangsang yang menjadi bupati
di Jipang (Blora). Keluarga Sultan Trenggono dengan tokohnya Pangeran Prawoto
berusaha untuk menggantikan ayahnya sehingga terjadi perebutan kekuasaan.
Perang saudara ini berlangsung selama
beberapa tahun yang akhirnya memunculkan Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono
yang berasal dari Pajang, menaiki takhta sebagai raja dengan gelar Sultan
Hadiwijoyo (1552–1575).
B.
Kehidupan
Sosial Ekonomi
Demak sebagai
kerajaan maritim, Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan
penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi
penghubung daerah penghasil rempah-rempah di bagian
timur dengan Malaka sebagai pasaran di bagian barat. Perekonomian Demak dapat
berkembang dengan pesat di dunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam
bidang agraris yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian
Demak berkembang degan pesat.
Sebagai kerajaan
Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, Demak juga memperhatikan sektor
agraris, yaitu sebagai penghasil beras. Maka untuk memperoleh keuntungan,
kegiatan perdagangan Demak ditunjang oleh hasil pertanian.
Kehidupan sosial
masyarakat Demak diatur oleh hukum dan aturan yang berlaku dalam ajaran Islam
sekalipun tradisi lama tidak sepenuhnya ditinggalkan. Dalam urusan aktivitas
pelayaran dan perdagangan, Demak menjalin kerja sama yang baik dengan
daerah-daerah di pantai utara Pulau Jawa yang sudah menganut agama Islam dan
agama Islam dijadikan sebagai pemersatu dalam menyemangati timbulnya kekuatan
yang besar.
C.
Kehidupan Budaya dan Keagamaan
Gambar 17. Mesjid Agung Demak |
Perkembangan
agama Islam di Kerajaan Demak tidak terlepas dari peranan para wali (Wali
Songo) terutama peran dari Sunan Kalijaga. Untuk memajukan kehidupan budaya di
Demak, Sunan Kalijaga memimpin pembangunan Mesjid Demak yang terkenal salah
satu tiang utamanya terbuat dari pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Di
pendopo (serambi depan) Mesjid Demak itulah Sunan Kalijaga meletakan
dasar-dasar perayaan sekaten untuk memperoleh penganut Islam yang banyak.
Tradisi seperti itu sampai sekarang masih dilaksanakan di Yogyakarta dan
Cirebon.